Gambaran Terjadinya Gempa Donggala dan Tsunami di Palu Sulawesi Tengah (Sumber:kompas.com) |
Berdasaran informasi yang santer terdengar baik melalui media cetak maupun elektronik, bahwa gempa tersebut bermagnitudo 7,4 di Donggala dan akhirnya memicu getaran di wilayah Palu, Mamuju, hingga Toraja dan mengakibatkan kerusakan serta tsunami diperkirakan 2 meter di Palu, Sulawesi Tengah.
Berikut ini ada beberapa kajian sejumlah fakta ilmiah dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) beserta para ahli yang perlu kita diketahui tentang gempa tersebut.
Baca juga: Gempa Susulan 5,5 SR Guncang Sigi Palu Sulawesi Tengah (Update)
Fakta Gempa Donggala secara Ilmiah dan Total Jumlah Korbannya
Gempa Donggala Bersumber dari Sesar (Fault) Palu Koro
BMKG menyebut bahwa gempa kemarin diakibatkan oleh sesar Palu Koro.
Apa yang dimaksud dengan sesar?
Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang memperlihatkan peregeseran. Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar (rotasi). Sesar merupakan struktur bidang dimana kedudukannya dinyatakan dalam jurus dan kemiringan.
Separation (pergeseran relatif semu) adalah jarak yang terpisah oleh sesar dan diukur pada bidang sesar. Komponen dari sparation dapat diukur pada arah tertentu, umumnya sejajar jurus atau arah kemiringan bidang sesar.
Slip (pergeseran relatif sebenarnya) adalah pergeseran relatif sebenarnya pada sesar, diukur dari blok satu keblok yang lain pada bidang sesar dan merupakan pergeseran titik-titik yang sebelumnya berimpit. Total pergeseran disebut juga ”Net slip”.
- Throw (loncatan vertikal) adalah jarak yang diukur pada bidang vertikal dari slip/sparation.
- Heave (loncatan Horizontal) adalah jarak yang diukur pada bidang horizontal.
- Footwall adalah blok tubuh batuan yang terletak dibawah bidang sesar.
- Hangingwall adalah blok tubuh batuan yang terletak di atas bidang sesar.
Adapaun penyebab terjadinya gempa donggala dan tsunami di Palu adalah Sesar Koro. Sesar tersebut memanjang di wilayah Sulawesi Tengah dan sepertiganya menjorok ke lautan.
Meski demikian, ahli kegempaan Sulawesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Dina Sarsito mengungkapkan, sebabnya bisa jadi bukan bagian utama dari sesar itu tetapi sesar sekunder di dekatnya.
Magnitudo Gempa Utama Direvisi
Pada awal, BMKG mengeluarkan pernyataan bahwa gempa pada Jumat (28/9/2017) bermagnitudo 7,7 tetapi akhirnya merevisi menjadi 7,4.
Gempa itu adalah gempa utama. Gempa sebelumnya yang bermagnitudo kurang dari itu disebut sebagai foreshock (gempa yang terjadi sebelum gempa utama terjadi).
Mekanisme Sesar Geser
Berbeda dengan gempa Aceh tahun 2004 yang memicu tsunami besar dan mekanisme sesarnya naik, gempa Donggala punya mekanisme sesar geser. Artinya, ada dua lempengan yang berdekatan dan gerakannya mendatar satu sama lain.
Berbeda dengan sesar naik di mana ada salah satu yang bergerak vertikal relatif dengan yang lain. Sesar geser sebesar apapun magnitudonya biasanya tidak akan memicu tsunami besar, kecuali jika diikuti dengan longsoran yang cukup besar akibat getaran gempanya.
Penyebab Terjadinya Tsunami di Palu Sulawesi Tengah
Ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengatakan, tsunami bisa terjadi karena dua hal. Pertama, sesar Palu Koro sendiri sepertiganya berada di lautan. Ketika gelombang gempa menjalar sepanjang sesar itu, maka bagian yang menjorok ke laut ikut bergetar dan memicu tsunami kecil.
Tsunami bisa lebih besar jika ada faktor kedua, yaitu longsoran bawah laut. Longsoran ini bisa terjadi walaupun mekanisme sesarnya geser. Gempa Yogyakarta pada tahun 2006 juga sesar geser tetapi dikuti longsoran di sekitar Prambanan. Terkait longsoran, Widjo menganggap hal itu masih spekulasi dan diperlukan studi batimetri sesudahnya untuk mengonfirmasi.
Berdampak pada Penurunan Tanah
Peneliti Badan Pengakjian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengungkap lewat pemodelan cepat yang dilakukannya Kamis (28/9/2018) bahwa gempa Donggala memicu penurunan tanah. Hal ini terbukti dengan adanya penurunan tanah di pantai di 5 kecamatan, sedangkan yang mengalami kenaikan hanya 1 kecamatan.
Empat kecamatan yang mengalami kenaikan hingga 1,5 meter adalah Towale, Sindue, Sirenja, dan Balaesang di Donggala serta kecamatan Palu Utara di Kota Palu.
Terjadi Likuifaksi (Liquifaction)
Fenomena likuifaksi (soil liquefaction) yang membuat bangunan dan pohon ‘berjalan’ muncul setelah gempa bumi yang mengguncang Sulawesi Tengah. Fenomena ini juga pernah dialami di berbagai negara akibat gempa bumi.
Likuifaksi merupakan sebuah fenomena di mana kekuatan tanah berkurang karena gempa yang mengakibatkan sifat tanah dari keadaan padat (solid) menjadi cair (liquid).
Penyebab likuifaksi adalah tekanan berulang (beban siklik) saat gempa sehingga tekanan air pori meningkat atau melampaui tegangan vertikal. Inilah yang menyebabkan benda-benda di sekitar lokasi jadi terseret.
Sederhananya, dalam proses Likuifaksi ini, struktur tanah mempunyai daya ikat yang kecil, sebagai akibat penurunan kekuatan atau bahkan kehilangan kekuatan akibat diguncang oleh gempa. Guncangan gempa tersebut juga akan meningkatkan tekanan air sementara daya ikat tanah melemah, hal ini menyebabkan sifat tanah berubah dari padat menjadi cair.
Likuifaksi terjadi sesaat setelah gempa bermagnitugo 7,4 di Sulawesi Tengah, Jumat (28/9). Rumah dan pohon amblas akibat likuifaksi.
Dampal likuifaksi pada saat gempa Donggala dan Palu ini adalah rumah dan pohon yang kelihatannya berjalan. Mengerikannya lagi, proses geologi ini juga membuat rumah yang ada di perumahan Balaroa ini kondisinya amblas, bangunan rubuh hanyut dan sebagainya.
Berdasarkan informasi yang beredar, setidaknya ada empat lokasi yang mengalami likuifaksi, dan paling banyak di Kabupaten Sigi. Ada beberapa yang karena liquefaction 4 tempat di Jl Dewi Sartika Palu Selatan, di Petobo, Biromaru (Sigi), di Sidera, (Sigi).
Gelombang Tsunami Mencapai 11 Meter
Diketahui pula bahwa BNPB mencatat data ketinggian gelombang tsunami di Palu. Ternyata, titik tertinggi gelombang tsunami di Palu Sulawesi Tengah tersebut mencapai 11,3 meter tepatnya terjadi di daerah Tondo, Palu Timur, Kota Palu. Adapun variansi titik terendah gelombang tsunami berada pada level ketinggian 2,2 meter di Desa Magapa, Kabupaten Donggala.
Data Jumlah Korban Gempa Tsunami di Palu Sulawesi Tengah Terbaru
Berdasarkan data dari BNPB yang telah diperbarui, bahwa data korban meninggal dunia gempa di Palu, Sulawesi Tengah tengah mencapai 384 orang. Data ini hanya sebatas di Palu tidak di Donggala. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).
Data yang disampaikan Sutopo ini per pukul 13.00 WIB. Sutopo menyebut tim SAR masih terus melakukan penanganan pasca-bencana. Secara lebih dalam, banyaknya korban di Palu ini akibat dari gempa 7,4 SR yang titik gempanya ada di Donggala. Palu ikut terkena dampak, termasuk gelombang tsunami.
- RS Wirabuana Palu: 10 orang
- RS Masjid Raya: 50 orang
- RS Bhayangkara: 161 orang
- S Pantoloan Induk: 20 orang
- Kayumalue Pajeko: 2 orang
- RS Undata Mamboro Palu: 141 orang
Jumlah: 384 orang
Update Jumlah Korban Gempa dan Tsunami Palu Sulawesi Tengah Per Pukul 20.31 WIB (sumber:detik.com)
Korban meninggal dunia di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), akibat gempa serta tsunami semakin bertambah, bahkan telah mencapai ribuan.
Data terbaru BNPB menunjukkan, korban tewas paling banyak berada di Kota Palu. Dari total 2.045 korban meninggal akibat bencana Sulteng, sebanyak 1.636 orang diantaranya berasal dari Kota Palu.
Kepala BNPB menyampaikan bahwa selain korban meninggal, gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, Jumat (8/10/2018), juga mengakibatkan 671 orang hilang dan 10.679 orang luka berat. Tercatat pula 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik. Tak hanya itu, sebanyak 67.310 rumah dan 2.736 sekolah rusak. Serta terdapat 20 fasilitas kesehatan dan 12 titik jalan rusak berat.
Sumber:
https://sains.kompas.com/read/2018/09/29/135144623/5-fakta-ilmiah-gempa-donggala-dan-tsunami-palu-yang-harus-anda-tahu
https://news.detik.com/berita/d-4234408/korban-gempa-dan-tsunami-palu-384-orang?tag_from=wp_hl_judul