Seorang pemuda memang menjadi tolok ukur kemajuan peradaban sebuah bangsa, tak terkecuali Indonesia.
Seorang pemuda juga menjadi titik sentral agen perubahan bangsa Indonesia untuk menjadi lebih baik, digdaya dan berkemajuan.
Seorang pemuda akan menjadi pusat titik awal kemajuan menuju perbaikan jika memiliki semangat perjuangan yang tinggi. Seorang pemuda pula yang akan meneruskan estafet perjuangan para pahlawan kemerdekaan kala itu dengan mengisinya melalui hal-hal positif dan bermanfaat untuk bangsanya.
Bahkan, dalam berbagai kesempatan pula seorang pemuda akan menjadi cermin suatu bangsa ketika sudah mulai keluar membawa pesan ke negara lain melalui berbagai aspek, bisa lewat pendidikan, budaya, karya nyata maupun sebatas menjadi agen pesan moral kebangsaan.
Di era moderen saat ini, faktanya sebentar lagi tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2016, kita akan memasuki milad, babak baru bangsa Indonesia, yakni hari kemerdekaan Indonesia yang ke-71; sungguh hal yang sangat mengharukan.
Di luar itu semua, tahukah Sobat dengan fakta sebenarnya kondisi pemuda Indonesia saat ini?
Dalam beberapa kesempatan yang ada, ketika menikmati hangatnya teh dipadukan dengan semilirnya kipas ruangan dengan deringan alunan Sholawat melalui sebuah perhelatan musik Rebana klasik, saya membaca sekilas informasi dari surat kabat Suara Merdeka edisi Senin, 15 Agustus 2016, khususnya pada bagian Liputan Khusus, tertera judul yang sangat unik, yakni Generasi Formalin, Generasi Loyo.
Ketika saya coba baca, ternyata isinya sangat bermakna.
Salah satu bagian yang menurut saya menarik adalah pada beberapa isi yang menyatakan, bahwa:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2014, dari 252,4 juta penduduk, jumlah pemdua di Indoneia mencapai 24,53% atau sekita 61, 84 juta dari total penduduk, dengan rentang usia 16-0 tahun; sedangkan anak dengan usia 0-14 tahun mencapai 27,3% yakni sekita 67,1 juta jiwa.
Hal lain yang menjadi sangat mengejutkan, berdasarkan prediksi bahwa pada tahu 2035 Indonesia akan mengalami fenomena bonus demografi, yakni sekitar 50% penduduk akan didominasi usia pemuda produktif.
Dari berbagai asumi dan data fakta di atas, tentu ada hal yang menjadi sebuah keprihatinan. Apa saja fakta lain dan juga termasuk hal yang memprihatinkan tersebut?
Baca juga: Revolusi Mental Para Blogger – Do it Now !!!
Fakta Pemuda Indonesia – Potret Kemerdekaan RI ke-71
Berdasarkan kajian data yang telah dilakukan BPS, mengenai statistik Pemuda Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa lebih dari 60% pemuda kita mengalami sakit-sakitan.
Sungguh hal yang bisa menjadi faktor penghambat kinerja dan produktifitas pemuda kita.
Ketika saya telusuri lebih jauh, ternyata faktor tersebut diakibatkan oleh keberadaan makanan yang terlalu banyak mengandung bahan kimia berbahaya, seperti formalin, boraks, rhodamin, dan masih banyak lagi.
Adapun fakta lain akan hal itu, berdasarkan penelitian BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) tahun 2014 pula, sekitar 44% jajanan anak tidak sehat. Bahayanya lagi, ternyata efek dari makanan berbahaya tersebut baru akan terasa ketika sudah berumur 21 tahun, dan itu sungguh mengkhawatirkan.
Di usia yang seharusnya bisa produktif dengan berbagai hal untk bangsa ini, ternyata terancam akan sebuah penyakit yang berbaya, seperti rusaknya sistem pencernaan makanan, melemahkan imun/ daya tahan tubuh, diabetes melitus, darah tinggi, stroke, jantung dan kanker.
Sungguh memprihatinkan.
Jika kita melihat fakta lain, di luar dampak akan keberadaan makanan yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya, ternyata dari total jumlah pemuda tersebut, hampir seluruhnya telah dan masih mengenyam dunia pendidikan.
Sekitar 23,52% pemuda masih sekolah; 75,43 % sudah lulus sesuia jenjang pendidikan yang ia mampu; dan hanya sekitar 1,05% pemuda yang tidak mengenyam dunia pendidikan.
Anga yang tentu membuat kita bersemangat untuk maju dan berjuang.
Namun, jika disandingkan dengan data fakta sebelumnya, ternyata menjadi perpaduan cerita yang menurut saya ironi, namun begitulah adanya. Sehingga, jika kita ingin bisa menjadi pemuda produktif maka tidak ada cara lain kecuali sebisa mungkin untuk meminimalisir makanan yang banyak mengandung zat berbahaya tersebut.
Baca juga: 3 Cara Agar Konsisten Ngeblog – Tips Blogging
Adakah cara lain?
Jika Anda seorang blogger, paling tidak bisa berkontribusi bersama dengan memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas melalui blog akan bahaya penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan yang akan dikonsumsi.
Demikian sekilas informasi mengenai Fakta Pemuda Indonesia – Potret Kemerdekaan RI ke-71 semoga bisa menginspirasi kita bersama dan membuat semangat perubahan pada kehidupan kita, aamiin. Good luck and happy blogging.
Note: Sebarkan informasi ini jika Sobat merasa penting akan kandungan artikel ini.
Source: Suara Merdeka, Edisi 14 Agustus 2016 Hal 1