Source:cnbnindonesia.com |
Akhirnya Dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya menduduki daya tukar di Rp 15.000.
Mengutip data perdagangan Reuters, Selasa (2/10/2018) kemarin, dolar AS kemarin berada di Rp 15.001.
Dilansir detik.com, dikatakan bahwa apabila ditarik dalam rentang waktu 3 bulan terakhir, rupiah sudah terdepresiasi sedalam 7,6%, di mana pada tanggal 19 Juni 2018, dolar AS masih berada di Rp 13.930.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa nilai tukar dolar AS yang hampir menyentuh Rp 15.000 sendiri karena banyak dipengaruhi kondisi global yang meliputi beberapa hal. Mulai dari kenaikan suku bunga acuan AS, kebijakan moneter The Fed, hingga pengaruh perang dagang AS.
Akibat berbagai kebijakan dari AS tersebut membuat peredaran mata uang dolar AS jadi terbatas. Hal ini yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan pasokan dolar AS di dalam negeri menjadi berkurang.
Selain daripada itu, jika dilihat levih jauh, bahwasanya kegiatan ekspor Indonesia saat ini masih lebih rendah dibandingkan impor, atau defisit. Oleh sebab itu, permintaan terhadap barang dan jasa impor justru semakin meningkat dan membuat dolar AS menjadi lebih mahal. Demand lebih banyak impor barang dan jasa, maka harga dolar AS menjadi mahal. Hukum supply-demand.
Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) juga disebut akan mempengaruhi nilai rupiah. Dia menyebutkan bank sentral AS berekspektasi akan menaikan bunga acuan pada 2019 sebanyak tiga kali dan 2020 sebanyak dua kali.
Karena itu Bank Indonesia (BI) beberapa bulan ini seharusnya sudah lebih agresif dalam meningkatkan bunga acuan. Namun memang jika lebih agresif akan ada konsekuensi ke kondisi pertumbuhan ekonomi.
Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi mengibaratkan, rupiah saat ini tergantung dari ‘sawah’ dan ‘irigasi atau air’ nya. Sawah merujuk pada ekonomi Indonesia, sementara air merujuk ke dolar AS.
Doddy mengatakan, ekonomi Indonesia masih memerlukan dolar AS, sebab dibutuhkan untuk mengimpor berbagai kebutuhan seperti bahan baku.
Sementara air atau dolar AS pasokannya terus berkurang dan membuat nilainya terus menguat terhadap rupiah. Berkurangnya dolar ini ada beberapa sebab.
Pertama, adanya normalisasi neraca Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed). Normalisasi ini berimbas pada penarikan dolar yang tersebar di seluruh dunia.
Kedua, pada saat yang sama The Fed menaikkan suku bunga acuan yang membuat dolar AS balik kampung.
Beberapa hal lain penyebab langkanya peredaran dolar, juga karena kebijakan pemangkasan pajak alias reformasi pajak (tax reform) yang dilakukan pemerintah AS juga turut serta pada pengurangan pasokan dolar. Sebab, adanya tax reform ini membuat defisit anggaran pemerintah membengkak dan keperluan untuk menambal defisit ini semakin besar.
Sumber:
https://m.detik.com/finance/bursa-dan-valas/d-4238810/dolar-as-masih-bisa-menguat-hingga-rp-15500